Pada hari Senin tanggal 27 November 2017 kami melakukan wawancara dengan Biksu di Vihara Ekayana Buddhist Centre. Dengan pertanyaan dan jawaban sebagai berikut :

  1. Menurut agama anda, toleransi beragama itu seperti apa?

Toleransi beragama itu berarti kita lihat dari kata toleransi itu sendiri, toleransi bisa diartikan saling menghormati. Toleransi menurut saya bukan hanya antar umar beragama tapi juga terhadap nilai-nilai dan pandangan-pandangan jadi, menurut saya toleransi sangat penting karena di agama buddha diajarkan praktek keharmonisan. Keharmonisan bisa hadir jika komponen-komponen di dalam masyarakat bisa menghargai perbedaan, menjunjung nilai-nilai kebersamaan yang ada

 

  1. Menurut anda, mengenai keadaan yang saat ini bagaimana kehidupan beragama di Indonesia?

Kehidupan beragama di Indonesia sudah cukup baik, kehidupan beragama di Indonesia dijamin secara konstitusi kita harus bersyukur bahwa kebebasasn beragama itu dijamin oleh konstitusi sehingga setiap umat berhak menganut kepercayaan masing-masing. Tapi tentu dalam prakteknya harus masih dikembangkan terutama belakangan kami melihat nilai-nilai saling menghargai saling kendor, aparatisme dalam masing2 agama mulai berkembang, ini cukup menghawaitrkan namun jika kita kembali ke semangat awal yang membuat semboyan “bhinneka tunggal ika” itu yang harus ditegakkan supaya sikap saling menghargai itu bisa dikembangkan

 

  1. Menurut anda bagaiman tanggapan anda mengenai konflik yang mengatasnamakan agama?

Kalau kita lihat lebih dalam lagi, konflik-konflik itu tidak berdasarkan agama tetapi mengatasnamakan agama karena banyak orang salah menginterpretasikan konflik-konflik tersebut sebagai konflik agama. Di dunia saya melihat sepanjang sejarah peradaban manusia tidak ada yg benar-benar disebut konflik agama. Adanya perang, konflik yang mengatasnamakan agama untuk mementingkan kekauasaan, kelompok, dari desa sampai negara. Jadi bukan agamanya yang berkonflik tetapi kelompok-kelompok atau institusi yang mengatasnamakan agama untuk mencapai tujuan-tujuannya

 

  1. Adakah pesan untuk menjaga toleransi beragama?

Pertama harus menanamkan melalui bentuk usaha baik itu pendidikan, lewat penyiaran agama yang menekankan kedamaian, keharmonisan, ke bhinnekaan tunggal ika itu sendiri itu yang menjadi dasar membentuk negara ini bahkan dunia ini, dunia ini, negara ini tidak ada yang bisa seragam maka itu kita harus menjaga  ke bhinnekaan itu. Kita harus bisa menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kembali lagi menanamkan nilai-nilai kemanisoaam, mengedepankan keharmonisan.

 

  1. Harmonis itu tidak bisa satu pihak saja, bahagimana respon anda jika satu pihak menolak keharmonisan?

Respon saya adalah jika orang lain menolak keharmonisan kita tidak perlu membalasnya dengan kekerasan. Dari sisi agama Buddha menjelaskan, jangan membalas kekerasan dengan kekerasan karena hasilnya kekerasan juga. Keharmonisaan  itu betul harus sesama kedua pihak maka dari itu penting adanya penekanan nilai-nilai dalam berbagai aspek. Tentu jika kita ingin harmonis dan orang lain tidak mau harmonis dengan kita, jika kita tidak membalasnya dengan kekerasan, dia juga tidak bisa apa-apa. Dalam kehidupan bermasyarakat perlu pihak ketiga untuk menjaga keharmonisan yaitu hukum. Kita hidup di masyarakat dengan banyak elemen. Jika ada yang mengganggu keharmonisan maka kita lapor ke hukum, baik hukum negara atau hukum norma. Jika memang ada yang bikin rusuh harus ditegakkan.

 

  1. Bisa tidak hanya ada satu agama di dunia?

Tidak mungkin. Kenapa? Karena di dunia ini diisi oleh orang-orang yang berbeda. Internal setiap agama saja ada ajaran yang berbeda-beda. Sangat sulit. Itu adalah mimpi yang tidak mungkin. Partai Komunis  Cina pernah bermimpi seperti itu, menyamakan semuanya. Berhasil? Tidak. Kalau dilihat dari aspek agama, aspek buddhis, buddhis tidak yakin itu berhasil karena agama buddha berbicara tentang masing-masing orang, karma setiap orang. Tidak mungkin menyatukan dunia dalam satu agama, satu pandangan politik.

 

  1. Menurut anda Tuhan itu apa atau siapa dan apakah kita bisa melihat Tuhan dari sesama manusia?

Dalam agama buddha, melihat Tuhan bukan sebagai suatu sosok atau individu tapi Tuhyan itu adalah dilihat dengan lebih secara tekstual Tuhan itu adalah kebenaran itu sendiri, hukum semesta yang mengatur kebenaran itu sendiri tetapi Tuhan juga bisa dilihat dari diri semua mahluk. Buddha mengatakan, setiap mahluk memiliki ketuhanan yang membedakan mahluk-mahluk lain termasuk manusia, orang suci sudah melihat Tuhan sedangkan mahluk lain tidak karena tertutup oleh kebencian, keserakahan, kebodohannya.

 

  1. Tanggapan mengenai penistaan agama dan perpecahan antar agama bisa menyebabkan apa saja?

Penistaan agama harusnya dilihat lebih dalam lagi. Kenapa terjadi penistaan? Karena adanya intoleransi. Kita tidak bisa, tidak paham, dan tidak mau mengerti orang lain. Simbol-simbol agama lain. Kita menganggap kita paling benar dan yang lain salah lalu karena kita tidak suka ada diskriminasi maka kita bisa jadi benci. Penistaan itu bisa dalam bentuk tidak saja agama tapi suku, budaya juga bisa. Dalam agama buddha sendiri kami melihat bahwa agama buddha tidak perlu merespon sacara berlebohan terhadap penistaan yang ada. Sekalipun ada yang membakar kitab suci atau emmbakar vihara apakah itu termasuk penistaan? Menurut umat buddha itu adalah simbol-simbol tetapi tidak perlu marah karena buddha telah mengajarkan kita tidak boleh membalas kekerasan dengan kekerasan. Orang yang menistakan agama lain mencerminkan dia tidak memiliki rasa hormat terhadap dirinya sendiri tetapi tentu jika kita berbicara tentang penistaan agama yang berkembang kita perlu melihat lebih dalam lagi. Jangan hanya karena satu komen maka kita menganggap orang itu benar-benar menistakan agam a. Banyak faktor-faktor yang harus dilihat dalam kasus penistaan agama.

 

Leave a Reply